Mengapa Masyarakat Harus Berpaling Dari Premium?
Sabtu, 27 Desember 2014 | 15:33 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas)
menilai, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi masyarakat Indonesia
meninggalkan BBM jenis Premium. Menurut Ketua Tim Tata Kelola Migas Faisal
Basri, BBM beroktan 88 itu memiliki pembentukan harga yang tidak jelas.
"Proses pembentukan harga
tidak jelas. Tidak dilengkapi dinamika pasar karena tidak ada pasar (Premium)
RON 88 di Asia Tenggara. Tidak ada yang memproduksi, jadi untuk menetapkan
harga RON 88 rumusnya aneh," ujar Faisal dalam acara diskusi di Jakarta,
Sabtu (27/12/2014).
Lebih lanjut, kata dia, lantaran
tidak ada pasar internasional yang memperjualbelikan Premium, maka sistem
jual-belinya pun menjadi lahan basah bagi para mafia migas. Bahkan Faisal
menyebut tempat impor Premium yang dilakukan Pertamina saat ini layaknya
"ruang gelap".
Selain karena penentuan harga
Premium tak jelas, alasan kedua mengapa masyarakat harus berpaling dari Premium
adalah momentum penurunan harga minyak dunia.
"Karena tidak ada pasar (yang
jelas), seolah RON 88 ini berada di ruang gelap, munculah mafia menetukan harga
tidak lewat (mekanisme) pasar," kata dia.
Sementara itu, hal berbeda terjadi
dalam penentuan harga Pertamax atau BBM Ron 92. Menurut Faisal, penentuan harga
Ton 92 lebih jelas karena ramai diperjualbelikan di Pasar international. Oleh
karena itu, ruang bagi penentuan harga pun bisa lebih jelas terlihat ketimbang
BBM Ron 88.
"Kalau pakai Ron 92 tentu
kualitasnya lebih baik. Harganya pun bisa kompetitif (dengan Ron 88 apabila
disubsidi)," ucap dia.
Analisis : Alasan mengapa masyarakat
harus berpaling dari premium yang pertama karena penentuan harga premium yang
tidak jelas, dan yang kedua adalah momentum penurunan harga minyak dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar