Kenaikan Harga BBM Jadi Hantaman
Keras Buat Ekonomi RI
Liputan 6 – Kam, 9 Okt
2014
Isu mengenai kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) guna mengurangi subsidi energi yang terlampau tinggi terus
bergolak di Tanah Air. Para analis mengingatkan, langkah pemerintah untuk
mengurangi subsidi BBM dapat memberikan hantaman keras
bagi perekonomian Indonesia.
Mengutip laman CNBC, Kamis (9/10/2014),
Indonesia saat ini menikmati harga BBM terendah di dunia berkat subsidi yang
mencapai ratusan triliun per tahunnya. Para analis memprediksi, harga BBM akan
naik hingga 46 persen pada November di bawah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Sebagai hasilnya, tingkat inflasi diprediksi akan
meroket hingga di atas kisaran bank sekitar 3,5 persen hingga 5,5 persen.
United Overseas Banking (UOB) memprediksi harga
BBM di Tanah Air akan naik 46 persen pada November dan akan meningkatkan tingkat
inflasi hingga 6,5 persen tahun ini. Sementara Barclays melihat harga BBM akan
naik 23 persen pada November.
Para analis di Barclays juga memprediksi
pemerintahan baru akan kembali menaikkan harga BBM pada 2015. Aksi itu akan
mendorong tingkat inflasi ke level 6,2 persen.
"Harga bahan bakar yang lebih tinggi
mengurangi pendapatan rumah tangga dengan pengeluaran lebih tinggi. Ini justru
tidak sejalan dengan perekonomian negara yang sebagian besar didorong tingkat
konsumsi," ungkap Ekonom Senior Mizuho Bank Vishnu Varathan.
Pemerintah Indonesia terakhir kali menaikkan
harga BBM pada Juni 2013 sebesar 44 persen. Itu merupakan kenaikan pertama
dalam lima tahun terakhir dan membuat inflasi melonjak hingga 8 persen.
Kenaikan harga BBM itu juga memicu protes dan
aksi demo dari kalangan masyarakat hingga terlibat bentrok dengan pihak
berwajib. (Sis/Ndw)
Analisis: kenaikan bbm hanya menguntungkan sebelah pihak karena
penyesuaian harga tidak sebanding dengan pengeluaran dan penghasilan yang
didapat oleh masyarakat, upaya pemerintah menaikkan bbm hanya membuat
perekonomian kelas menengah menderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar